Sejumlah pihak yang tergabung dalam Visability Team menggelar Dance4Visability (D4V) di arena CFD (car free day), pada 6 Desember 2015 untuk menunjukkan kepedulian terhadap pemenuhan hak difabel. Acara ini diadakan untuk memperingati hari disabilitas internasional yang jatuh 3 Desember lalu. Hari Disabilitas Internasional sendiri sudah dicanangkan oleh PBB sejak tahun 1992 dan diperingati oleh dunia setiap tanggal 3 Desember. Momen ini dirayakan untuk mempromosikan pemahaman tentang isu-isu disabilitas seperti keterbatasan dan keberagaman serta memobilisasi dukungan bagi pemenuhan hak dan kesejahteraan masyarakat yang berkebutuhan khusus
Mengambil tema ’Menari Bersama Melawan Stigma’, volunter, pendidik, dan penyandang difabel, termasuk anak berkebutuhan khusus, serta orang tua kompak melakukan flashmob yang diikuti lebih dari 100 peserta. Gerakan-gerakan flashmob tentu saja disesuaikan dengan kemampuan para difabel. ”Kami ingin menunjukkan bakat kemampuan seni dari anak berkebutuhan khusus serta untuk membangun solidaritas,” kata Nanning Purwa, public relation Visability Team. Flashmob ini diawali dengan solo dance oleh Arif Setyo Budi, seorang penari break dance dengan satu kaki pertama di Indonesia.
Selain flashmob, panitia juga menggelar beberapa acara. Di antaranya stand Konseling tentang disabilitas yang diberikan kepada masyarakat yang memiliki sanak saudara atau teman difabel, Donor Darah yang juga diadakan dalam rangka RED DECEMBER yang merupakan National Project YES Alumni Indonesia yang diikuti oleh 82 pendaftar donor dan total mendapatkan 33 kantong , serta Photobooth sebagai bentuk dukungan dan solidaritas terhadap pemenuhan hak-hak orang berkebutuhan khusus dengan kampanye di sosial media.
“Fun campaign bertajuk Dance4Visability ini bertujuan untuk mensosialisasikan kepada masyarakat bahwa 3 Desember adalah Hari Difabel Internasional dan diharapkan masyarakat bisa ikut serta memperjuangkan hak-hak difabel dengan berbagai cara.” ujar Ahmad F. Aziz, Project Manager VISABILITY Project
Adapun, D4V disupport oleh sejumlah komunitas dan lembaga. Di antaranya Kojigema Institute (Komunitas Kajian Gender Malang), Yayasan Bina Antarbudaya, AFS (American Field Service) Intercultural Programs, YES (Youth Exchange and Study) Alumni Small Grants, US Department of State, FAMM (Forum Aktivis Perempuan Muda) Indonesia.
Kemudian didukung juga oleh JASS serta Palang Merah Indonesia. ”Kami harap stigma pada difabel dapat diminimalkan, karena pada dasarnya mereka memiliki hak-hak yang sama dengan yang lainnya,” Visability Team.